Mengungkap Fakta Kebenaran
Indeks
banner 728x250

Jacob Ereste : *Mengenang Penulis Wanita Indonesia Perlu Dilakukan, Karena Penghargaan Dari Pemerintah Tidak Ada Didalam Agenda Acara*

Jejakindonesia.news // Secara personal saya tidak banyak mengenal Pipiet Senja, begitu juga dalam arti emosional bahkan kultural, meski sejak tahun 1980-an saya sudah sering menikmati karyanya yang selalu terkesan romantis dan melankolis. Yang penting bagi saya — sebagai penulis — membaca karya Pipiet Senja bisa ikut nenghibur diri, menambah semangat dan tidak sedikit memberi inspirasi dan ide secara tak langsung buat kegemaran saya menulis, sehingga saya dapat lebih kreatif, produktif dan banyak memiliki inisiatif untuk berkarya dalam berbagai bentuk, tak hanya sesekali menulis Cerita Pendek dan Novel yang sudah rampung pada tahun 1976, tapi belum berminat untuk diterbitkan sampai hari. Yang terbit justru Bunga Rampai ” Menggugat Wanita, Sastra dan Budaya Kita” tahun 1986 kerena desakan pihak penerbit PT. Bina Cipta” Bandung tahun 1986.

Tulisan ini sengaja dibuat khusus untuk panitia pelaksana Diskusi Mengenai Pipiet Senja (almarhumah) Dalam Berbagai Perspektif dengan nara sumber Dr. Free Hearty, Kurniawan Junaidie, dan Fanny Jonathans Poyk, pada 7 Desember 2025 di Aula PDS HB. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Dari acara diskusi ilyang diselenggarakan oleh Keluarga Besar Penyair Seksih (KBPS) diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya berlanjut pembacaan puisi secara spontanitas dari hadirin yang tidak terjadual sebelumnya. Lalu diputar pula film cuplikan saat-saat terakhir Pipiet Senja semasa hidup yang kini dimuliakan serta dihormati oleh mereka yang terlibat dalam pelaksana acara — utamanya penginisiasi acara — untuk diapresiasi agar acara serupa dapat menjadi tradisi dan budaya bagi penulis Indonesia untuk menghormati profesi yang tidak pernah mendapat tempat di negeri ini dalam bentuk penghargaan dari pemerintah secara formal dan legal.

Penghormatan ini bagi saya — sebagai penulis — dapat dipahami sebagai penanda dari dedikasi seorang penulis Indonesia — terutama oerempuan — yang tidak banyak jumlahnya. Sehingga penghargaan dan penghormatan terhadap penulis setidaknya patut diberikan oleh sahabat dan rekan sesama penulis sendiri, karena hanya dengan begitu pekerjaan sebagai penulis dapat mendapat tempat yang mulia serta layak dan patut diteruskan oleh geberasi berikutnya.

Kecuali itu, semangat untuk hidup bagi seorang yang dibebani oleh Thalassemia — penyakit genetik yang mempengaruhi produksi homoglobin dalam protein darah — sebagai penghantar oksigen ke seluruh bagian tubuh — jadi tidak berfungsi normal. Alibatnya menimbulkan anemia — kurangnya sel darah nerah — sehingga sangat mengganggu kesehetan tubuh. Dan yang bersangkutan, secara berkala harus melakukan tranfusi darah secara teratur untuk menjaga hologlobin di dalam darah.

Dalam kondisi kerentanan tubuh seperti itu, Pipiet Senja menemukan therapi dengan cara menulis, sehingga banyak orang melihat karyanya cukup kental mengekplorasi beban bawaan dari penyakit yang dia derita itu. Namun semangatnya untuk menggugah kaum wanita Indonesia untuk aktif bersuara melalui tulisan, bukan hanya sekedar untuk kesetaraan, tetapi juga agar suara kaum perempuan dapat didengar dan tidak terbungkam sebagai manusia merdeka. Begitulah dera derita dalam kegigihannya yang penuh semangat untuk tetap hidup dan berjarya sebagai therapy yang telah dibuktikan dengan sejumlah karya serta usia yang relatif panjang dalam bertahan dari tekanan psikologis dan kejiwaan yang berat.

Ketangguhan, kegigihan, ketabahan serta semangat untuk tidak menyerah dengan cara kerja kreatif menghasilkan banyak karya tulis ini, sosok seorang Pipiet Senja patut menjadi contoh dan tauladan bagi penulis yang sedang bertumbuh dan membangun pilar profesi menulis yang yang terkesan semakin dominan kini ditunggalkan banyak orang. Seperti hobby dan kegemaran membaca hingga mengkoleksi buku bacaan, tampak kalah populer dari memiliki sejumlah ikan hias maupun beragam macam kucing yang terkesan lebih bergengsi dan lebih bermutu dibanding dengan buku.

Hadir juga Datuk Hasyim Jakub dari Malaysia yang mengaku datang khusus untuk memberi hormat dan takzim atas ikatan persahabatan yang terjalin melalui karya tulis yang saling tersimpan rapi di relung hati. Begitulah idealnya, penghargaan bagi seorang penulis harus dimulai dari kalangan penulis sendiri. Sebab hanya dengan begitu kesaksiah yang dianggap penting dan perlu daot dikulik melalui karya sastra juga. Agaknya, begitulah Burung Pipiet tekah terbang menuju langit, sementara Senja pun usai nerampungkan ceritanya di batu nisan yang indah, dimana semua rasa kangen gabdau taukan bisa ziarah seriap saat dengan mudah di semua perpustakaan yang ada.

PDS HB. Jassin, 7 Desember 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *