
BANYUWANGI – Jejakindonesia.news // Gelaran Banyuwangi Fight Night (BFN) Combat Series 2 kembali hadir pada Sabtu, 6 Desember 2025, di Stadion Diponegoro Banyuwangi. Event ini bakal mempertemukan para petarung amatir dari berbagai kalangan, sekaligus menjadi panggung pembuktian transformasi generasi muda Banyuwangi melalui olahraga bela diri.
Mengusung tema “Dari Masalah Menjadi Prestasi”, BFN menunjukkan bagaimana pendekatan humanis dan kreatif mampu mendorong anak muda keluar dari lingkaran konflik. Jika sebelumnya sebagian peserta dikenal sering terlibat perkelahian dan tawuran, kini mereka tampil sebagai pribadi yang lebih disiplin, terlatih, dan bahkan menjadi inspirasi di lingkungan masing-masing.
Medina, salah satu penggagas BFN, menjelaskan bahwa ajang ini dirancang bukan sekadar sebagai kompetisi, tetapi sebagai ruang pembinaan karakter.
“Kami ingin mengubah persepsi anak muda tentang makna berkelahi. Di BFN, mereka belajar bahwa pertarungan sejati bukan soal emosi, tetapi tentang disiplin, kendali diri, dan rasa hormat kepada lawan,” ujarnya.
Alternatif Cerdas Atasi Tawuran Remaja
BFN hadir sebagai solusi kreatif di tengah kekhawatiran masyarakat terhadap maraknya tawuran pelajar. Alih-alih bertarung di jalan, para remaja diarahkan bertanding di atas ring dengan aturan ketat, pengawasan profesional, dan menjunjung tinggi sportivitas.
Kegiatan ini diprakarsai oleh sekelompok pemuda Banyuwangi yang melihat potensi besar dalam menyalurkan energi remaja ke arah positif. Pendekatan tersebut terbukti lebih efektif dibanding sekadar memberikan hukuman atau tindakan represif.
Lebih dari Sekadar Adu Fisik
Sebelum tampil, seluruh peserta menjalani pelatihan intensif bersama pelatih profesional. Mereka tidak hanya mengasah kemampuan bela diri, tetapi juga dilatih untuk memiliki rasa tanggung jawab, kesabaran, dan solidaritas—nilai-nilai penting yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan membawa semangat “Fight with Honor, Not Anger” atau “Bertarung dengan Kehormatan, Bukan Kemarahan,” BFN mendorong anak muda memahami bahwa keberanian bukan diukur dari kekuatan fisik semata, tetapi dari kemampuan mengendalikan diri dan menghormati lawan. (ydh)

