Banyuwangi – Jejakindonesia.news | Desakan untuk mencabut izin Konser musik internasional Honne yang akan digelar di salah satu hotel di Kota Medan pada 31 Juli mendatang terus bermunculan.
Tokoh Pemuda Melayu Datok Agustian Fauzi SH mengcecam keras agenda konser musik itu, dan mendesak agar izin promotor dan penyelenggara dicabut.
“Bukan menolak toleransi dan membungkam kebebasan. Tapi ini jelas melanggar norma agama yang jelas dilindungi oleh Undang-undang Dasar dan Pancasila. sesuai sila pertama yaitu ketuhanan yang maha esa, Maka kami menolak mendesak agar segera izinnya dicabut,” ujar Datok Agus.
Datok Agus menilai, konser musik dari grup Honne berpotensi menjadi ajang kemaksiatan dan praktek LGBT.
“LGBT sudah melanggar norma agama dan tradisi yang telah diajarkan para pendahulu kita di tanah melayu. Atas nama konstitusi, kita menolak segala bentuk kampanye LGBT ,di tanah Deli ini” seru Datok Agus.
Datok Agus berharap Pemkot Medan, Polda Sumut serta instansi terkait untuk mengambil langkah preventif yang bijaksana dalam menjaga stabilitas sosial dan tidak memberi ruang terhadap agenda yang berpotensi mengundang keresahan di tengah masyarakat.
“Jika keresahan kami, warga masyarakat, tidak diresponse, maka kami siap turun menggeruduk kegiatan itu dan membubarkannya,” lanjut Datok Agus.
“kami memberi ultimatum untuk pencabutan izin konser itu sampai 30 Juli,” demikian Datok Agus.
Sebelumnya MUI Sumut juga telah menegaskan bahwa segala bentuk promosi, kampanye, atau sosialisasi yang mendukung penyimpangan orientasi seksual bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam, budaya bangsa, serta norma hukum yang berlaku di Indonesia.
Fatwa MUI No. 57 Tahun 2014 dengan jelas menyatakan bahwa perilaku homoseksual, termasuk lesbian, gay, sodomi, dan pencabulan merupakan bentuk penyimpangan seksual yang diharamkan dan tergolong jarimah (kejahatan).
Honne mengagendakan konser di lima kota besar di Indonesia. Selain Medan, Honne dijadwalkan akan menggelar konser di Jakarta, Bandung, Makassar dan Pekanbaru. (Adel)
